Tuesday, June 24, 2008

Hafizh, anak pertamaku


Hafizh, Adnan Nuruddin Hafizh nama lengkapnya, anak pertamaku yang lahir pada 14 Desember 1998 adalah anak yang lumayan manja. Maklum dia adalah cucu pertama dari keluarga istri saya (walau bukan dari keluarga saya), bahkan cucu pertama dari keluarga besar mertua saya. Sejak lahir sampai usia 5,5 tahun kami tinggal bersama di rumah uwo (nenek-bahasa minang) nya, jadi wajar kalau anak pertama saya itu selalu menjadi pusat perhatian keluarga besar istri saya (mungkin itu yang membuat dia manja).

Sejak lahir, anakku sepertinya menuruni penyakit bawaan orang tuanya. (istriku pernah mengidap penyakit saluran pernafasan, sementara dari keluargaku (adik) juga menderita penyakit yang sama). Hafizh juga menderita alergi beberapa jenis makanan, terutama coklat dan es.

Dengan demikian, untuk menjaga agar ia tetap sehat, terpaksa banyak batasan-batasan yang kami terapkan untuknya.

Hafzh adalah anak yang pintar (kami pernah melakukan tes IQ di RS terkenal di Jakarta, dan hasilnya termasuk anak ber-IQ di atas rata-rata), namun dia juga memiliki gangguan pada syaraf motorik halus sehingga butuh terapi untuk menanggulanginya. Saat belajar, ia selalu butuh 'sesuatu' untuk memenuhi rasa 'lapar'nya. Misalnya ia saat belajar harus ditemani dengan suara musik kesukaannya, karena kalau tidak (misalnya dikondisiskan dengan suasana yang hening) ia malah menjadi tidak fokus. Telinganya adalah bagian yang paling sensitif pada dirinya, makanya ia perlu musik saat belajar untuk membantu konsentrasi pada pelajarannya. Sayangnya hal tersebut tidak dapat diterapkan ia belajar di sekolah sehingga kami harus membantu untuk mengulangi apa yang dia pelajari di sekolah agar ia dapat mengerti dan memahaminya.

Saat ini, kondisi yang paling menyenangkan baginya adalah saat bermain game komputer. Mungkin saat itu dia mendapat semua yang dia butuhkan untuk inderanya. Terus terang kami seringkali merasa kesulitan untuk me-manage hal tersebut. Kami sebetulnya sudah mencoba menjadwalkan kegiatan untuknya, kapan dia belajar, kapan main, namun seringkali kami mendapatkan dia kehabisan energi untuk belajar karena sudah keletihan bermain.

Dari gurunya di sekolah, kami sering mendapat informasi tentang masalah yang dihadapi anak kami, terutama pada hal pengendalian emosi. Misalnya Hafizh pernah memukul teman sekolahnya sehingga matanya luka sehingga perlu kami bawa ke rumah sakit khusus mata (untung orang tua anak tersebut masih mau mengerti kekurangan anak kami), dan belakangan ia sangat mudah tersinggung bila teman-temannya bercanda kepadanya.

Sekarang Hafizh baru saja naik ke kelas lima, minggu lalu kami sempat berkonsultasi dengan gurunya karena kami hampir saja berpersepsi bahwa gurunya (pada minggu sebelumnya) tersebut menyarankan Hafizh untuk pindah sekolah yang cocok agar ia lebih dapat mengikuti pelajaran sesuai kemampuannya. Untung saja asumsi kami salah sehingga ia tidak perlu pindah sekolah (dari hasil diskusi kami, Hafizh juga sangat keberatan untuk pindah sekolah karena ia juga punya teman dekat di sekolahnya sehingga ia khawatir akan kehilangan itu).

Dengan segala kekurangannya, jangan khawatir kami tetap sangat menyayanginya. Satu hal yang pasti, Allah SWT tahu bahwa segala hal yang kami lakukan adalah untuk kebaikannya, semoga Hafizh juga tahu akan hal itu..

No comments: